Malam kian
larut, tapi tugas sekolah belum juga terselesaikan. Azera, 17 Tahun, seorang
siswi dari SMA 9 Jambi ini terus berusaha menyelesaikan tugas Sosiologinya.
Sambil mata yang terkantuk, ia membuka buku halaman demi halaman untuk
mendapatkan referensi jawaban dari setiap soal. Hingga terdengar suara sang ibu
menyuruhnya segera tidur “ Zera, tidur nak! Hari kian larut. Besok kamu bisa
kesiangan lho” Zerapun menanggapi omongan sang ibu, “Iya buk, ini udah selesai
kok” jawabnya sembari menutup buku dengan tugas yang telah rampung terbuat.
Sebuah kebiasaan
yang telah menjadi rutinitas Azera sebelum tidur, ia selalu membuka jendela
kamar, sambil kepala sedikit menengadah keatas, ia berdoa pada sang maha kuasa
dibawah indahnya langit yang seakan menyampaikan setiap doa. “Ya Allah kali ini
ingin kusampaikan rindu pada Ayah, semoga ia selalu tersenyum dan melihatku
dengan ceria dibalik bintang-bintang yang tersenyum lebar, Amiiin”. Harapan itu
menutupi hari untuk berganti.
Fajar pagi
membuka cakrawala tanpa malu-malu, sinar mulai terbentang menusuri BatangHari
di penjuru Jambi. Sholat subuh yang telah terlaksana, membawa Azera pada sang
ibu untuk membantu sedikit pekerjaannya. Sebagai janda dari seorang pensiunan
Dinas Pariwisata Kota Jambi, sang ibu berusaha untuk membiasakan anak semata
wayangnya itu untuk tidak bermalas2an. Walapun Azera termasuk diantara anak
yang masih berkecukupan,tapi ia tidak memiliki sifat yang foya-foya namun
cendrung bersahaja.
Tepat pukul
06.50 motor Mio miliknya telah parkir diperkarangan SMA 9 Jambi, ditemani
langit yang berwarna cerah yang secara sengaja tau akan isi hatinya, ia
menapaki koridor menuju kelas dengan senyum manis dibalik lesung pipi. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat seorang
memanggilnya “Zera! Sini dulu, ada yang mau kenalan!” teriak Lusi, temen
sebangku Azera dikelas. Seketika ia merubah arah berjalan ke tempat Lusi yang
sedang berdiri bersama seseorang yang perawakanya itu bisa dikategorikan keren.
“Ada apa? Ngagetin aja nih.” Tanyanya pada Lusi. “Ini, ada yang mau kenalan
sama kamu” jawab Lusi yang hidupnya berjalan tanpa pernah basa basi. Tertegun, berpikir,mengingat, Ingatannya
seakan mundur tepat satu minggu yang lalu dimana sebuah moment terjadi.
Seminggu
silam bertempat di Mall WTC BatangHari, Azera telah dibantu oleh Adrie ketika
motor yang ia kendarai mogok dipintu keluar Mall tersebut. Berawal dari Azera
yang membeli barang di salah satu stand, dan ia berniat pulang setelah apa yang
ia inginkan telah didapat. Saat berjalan
melalui eskalator menuju tempat parkir, matanya tak sengaja melihat sosok Adrie
yang menawan. Tapi segala bayangnya saat itu, langsung tertepis tatkala kakinya
sedikit tersandung diujung tangga itu. Begitu sampai di area parkir, ia mendapati
motorya masih dalam kondisi baik. Tapi tak tau mengapa, saat ia mengendari
hingga diloket pemberian karcis parkir, motornya mogok. Azera pun bingung, ia
tak pernah mengerti akan hal detil mengenai motor dan komponen yang lain. Ditengah
kepanikan mencari bantuan, tiba-tiba sosok Adrie datang layaknya montir ganteng
yang diturunkan Tuhan untuknya saat itu.
Azera
terus hanyut dalam flashback hingga tak menyadari kalau ada dua muka yang
tengah memperhatikannya dari tadi. “Oy! Malah melamun sih!” sunggut Lusi.
“Heehee Iya iyaa!” Jawab Zera. “Kamu yang waktu itu membuat motor aku menyala kan?”
Tanya Zera pada Adrie. “Hmm, kalo gak salah sih gitu” Jawab Adrie tersipu.
“Ohh, jadi kalian emang pernah ketemu toh, bagus deh kalo gitu. Ini ni zera,
temen aku yang ceritain ke kamu kalo dia mau masuk sekolah disini” cerita Lusi.
Sejak
itu, kedekatan Azera dan Adrie kian dekat setelah mereka bersebelahan kelas,
intensitas bertemu kian dekat dan semakin akrab. Tak lupa ia selalu bercerita
pada langit sebagai persinggahan setiap kejadian dalam dirinya, baik suka atau
saat ia berlinang air mata. Seperti layaknya kini, hidup Azera bak ditumbuhi
bunga-bunga dimusim semi, warna-warni menghisai setiap sudut sisi hatinya.
Ternyata sosok Adrie telah mampu membuatnya tersenyum bahagia. Walau kata
pacaran atau jadian belum terukir diantaranya, tapi tanda-tanda itu kian nyata.
Masih
pada langit yang sama, ternyata ada sepasang bola mata yang terus memandang
indahnya angkasa, yang tak lain adalah Adrie. Ia memiliki kebiasaan yang sama
dengan Azera yang selalu mengadu pada langit. Seperti malam ini, ia memandang
langit seakan menyapa gadis berlesung pipi, yang semakin menyiratkan kata cinta
bila memandangnya. “Zera, tunggu aku ya, aku akan menyatakan diwaktu yang
tepat. Semoga melalui langit ini, kamu tau akan rasaku. Pasti kamu sedang
melakukan hal yang sama denganku sekarang” Bisik Adrie sembari beranjak tidur.
Pagi
itu saat sarapan dirumah, Zera dibuat tersipu dengan pertanyaan ibunya. “Kamu
akhir-akhir ini terlihat beda nak. Kamu kenapa? Jatuh cinta yah?” Goda sang
ibu. “Aaah ibu bisa aja” Zera menjawab. “Ibu lihat kamu sering senyum-senyum
sendiri, ayoo cerita. Siapa cowok itu?” Keponya. “Hmmm, namanya Adrie buk. Oya,
ibu ingat gak dengan cerita saat motorku mogok di Mall WTC? Nah itu dia
cowoknya buk.” Jawabnya dengan excited. “Ibu jadi penasaran, kapan dia kamu
ajak main kerumah?” “Iiiih ibu, aku kan malu. Udah ah, aku berangkat dulu yah.
Asalamualaikum” Sembari mencium tangan ibunya Azera berangkat kesekolah.
“Walaikumsalam”.
Sinar
siang semakin kuat menyinari Selincah dan sekitarnya, angin berhembus
sepoi-sepoi membuat kesejukan dihati bagi yang menerima. Suasana di SMA 9 Jambi
masih seperti biasa dengan segala aktivitas belajar dan mengajar. “drrrrrt,drrrrttt”
hape Azera bergetar dan ia langsung membacanya “Nanti malam, kamu ada acara nggak? Aku mau main kerumah kamu. Trus ada
yang ingin aku omongin sama kamu. Tunggu aku jam 07.00 yah wanita dengan senyum
termanis J ”. Dengan hati yang kian
berbunga, ia tersenyum manis membaca pesan itu. Waktu istirahat tiba, ia pergi
kekantin bersama Lusi. Dijalan ia ketemu Adrie, namun ia berlalu dengan tertawa
kecil. Seakan tak sabar menunggu waktu malam. Sekolah telah usai, Azera pulang
ditemani suka cita, menunggu cinta yang akan disampaikan padanya. Memandang
langit, ia bercerita bahwa sang pangeran impian telah tiba didepan mata, yang
siap menyambut cinta pada layaknya. Can’t Wait!!
Malam
yang ditunggu datang menyapa, dengan dandan yang sedikit berbeda, Azera tampil
menawan rupa. Berdiri didepan kaca, lengak lengok kekanan kekiri agar terlihat
sempurna bak Cinderella. Tepat pukul 07.00 , waktu yang tunggu telah tiba.
Duduk diteras rumah, menanti sang calon pengisi hati. Sesekali tersenyum jika
mengingat malam ini dijadikan tanggal cantik dalam Diary Love Azera.
Detik,
menit, jam pun berlalu, tetapi Adrie tak kunjung sampai. Mata Azera tak pernah
lepas dari arloji ditangan kirinya. Tegak, duduk, jalan mondar-mandir, ia
lakukan demi melewati kebosanan menunggu. Pandangannya kelangit seakan ingin
bercerita, atas apa yang terjadi saat ini. Waktu terus bergulir, cemas mulai
menyelimuti hati dan pikirannya. “Kamu kemana sih, kok belum datang juga”
bisiknya dalam hati. Tiba-tiba handphone dari dalam tas berdering, ternyata ada
panggilan dari Lusi, “Hallo, ada apa Lus? Tumben malam-malam nelpon.” Dengan
terbata Lusi menjawab diselingi isak tangis yang tersendu-sendu "Adrie ra,
Adrie! Adrie udah nggak ada.” “Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti! Kenapa
Adrie?” Jawab Azera dengan hati yang tak menentu. “Adrie meninggal, ia
kecelakan saat menuju rumah kamu” Jelas Lusi. Seketika Azera bagaikan dihujam
oleh runtuhnya langit yang menolak akan kebahagiannya. Ia terpaku, membisu, tak
mampu berkata. Tangisnya pun pecah. Tak terima dengan kenyataan yang ada, sebegitu
cepat kesenangan ini lekat dihati dan pikirannya.
Keesokan
hari, setelah menghadiri pemakaman Adrie, Azera hanya bisa tertegun. Tetap diam
tanpa kata, duduk termanggu dengan berlinang air mata. Sungguh kejamnya
keadaannya yang menghempas Azera hingga ketitik nol, sama seperti ia ditinggal
sang Ayah. Tak percaya itu pasti! Namun, sang ibu terus menguatkan hatinya agar
tak terlalu terpuruk. Hingga ia sedikit tenang dalam pelukan sang ibu. Kini
malam-malam Azera hanya ia habiskan dengan mencurahkan isi hati pada langit
yang selalu tau cerita hidupnya. Harapan terus ia panjatkan, untuk menemukan
titik yang lebih terang dikemudian. Yang ia tau, akan terus berdoa untuk sang
Ayah dan Adrie agar tetap tersenyum di balik bintang yang bersebelahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar