“Hidup
yang saya jalani selama ini adalah karunia-Nya.
Dengan
segala kecukupan dan kelebihan yang dipunyai,
bahkan waktu dan nafas yang tak pernah
berhenti untuk selalu disyukuri”
Hidup setiap manusia itu berbeda-beda, tidak sama. Bahkan
dengan saudara sedarah sekalipun. Kamu tidak bisa menentukan awal dan akhir
hidup kamu sendiri, karena itu semua sudah tertulis permanen tanpa ada
seorangpun yang mengubahnya. Kita sebagai manusia perlu sangat bersyukur karena
Allah mengkaruniakan perasaan yang sangat unik. Antara perasaan yang kamu tahu
dan yang kamu tidak ketahui, sebenernya kamu tahu, hanya saja tak dapat
menyebutnya. Begitulah hebatnya ciptaan Allah, dan saya menyebutnya “Nikmat
Perasaan”.
kenikmatan? Iya, nikmat yang kamu rasakan dalam hidup.
Nikmat senang, nikmat bahagia, nikmat sukacita, bahkan nikmat malu dan nikmat
sedih. Berbicara soal nikmat dalam kategori kebahagiaan tidak akan pernah ada
habisnya, karena kita selalu merasakan nikmat itu. Namun saya lebih tertarik
untuk menulis nikmat sedih yang pasti pernah dialami siapapun. Coba sedikit kamu renungkan kehebatan perasaan
sedih, dimana hati, mata dan anggota tubuh bekerjasama dengan perasaan ini.
Tiba-tiba hati suram, mata meneteskan air tanpa henti, bahkan badan seolah
kehilangan tenaga.
Kamu juga merasakan hari-hari dimana ingin menyerah saja,
dimana kamu ingin bersembunyi saja dibalik selimut dan tidak pernah keluar. Pasti
kamu pernah mengalami dimana langit tidak lagi cerah, hanya mendung yang
terasa. Memang benar terkadang kita merasa tidak ada yang benar dalam hidup
kita, baik yang dikerjakan, dilakukan, dibicarakan dan diingat. Semua terasa
sia-sia dan entah kapan hari yang lebih baik akan tiba. Dan lebih beratnya
lagi, terkadang sebuah usaha tidak mengundang hasil.
Kadang memang hidup ini terasa susah banget, lebih berat
yang kamu bayangkan sebelumnya. Bahkan kamu tidak akan menyangka kalau hidup
bisa memperlakukanmu seperti ini. Tidak selayaknya yang orang lain lihat
dihidup kamu, terlihat semua baik-baik saja, tapi didalam kamu tidak
menemukannya. Hmmmm….. (maaf ya, nulisnya mulai nggak strong L ). Kemudian kamu
bertanya, berpikir dan terus berpikir. Apa yang salah? Kenapa bisa begini? Kenapa
bisa terjadi? Dan kamu terus bertanya, jawaban itu tidak ditemukan.
#MulaiNangis (Ini
bukan lebay, sorry to say)
Dalam keadaan seperti ini, sebagian orang bisa langsung bercerita
tentang apa yang ia rasakan. Beberapa orang hanya ingin dirinya saja yang cukup
mengetahuinya, dan tidak sedikit dari kita lebih memilih untuk meraup kata-kata
dan disusun menjadi sebuah tulisan. Dalam waktu bersamaan dengan keadaan atau
perasaan “gundah tak berkesudahan” yang sedang kita jumpai.
Kita yang sedikit-sedikit berbagi isi perasaan itu di berbagai
status social media pasti akan langsung meng-update status, dan menunjukkan
itulah mentalitas yang dominan dari diri seseorang. Namun pada sisi lain saya
pribadi berpikir “terkadang ada kata dan rasa yang perlu diendap, tidak perlu
diumbar, dan akan diutarakan pada watunya dengan bermakna dan lebih istimewa”. Istimewa?
Sedih bukan sebuah keistimewaan -___-
Tapi, tidak semua perasaan ataupun kejadian dapat kita
simpan dengan rapat atau disembunyikan tanpa orang lain mengetahuinya. Terkadang
emosional seseorang agak sulit dikendalikan karena sedang berada dipuncak.
Mencaci, mencela, menghina, mengumpat bisa terjadi seketika. Dimana kekecewaan
dapat membuat sesorang lupa, apabila jawaban atas perasaannya masih belum
ditemukan.
Mungkin jika kamu ingin sedikit ingin merasa tenang atas apa
yang kamu rasa saat ini, coba cari satu orang yang dapat kamu percayai untuk
cukup mendengarkan ceritamu, menyediakan tissue buat air matamu. Tarik nafas
dalam-dalam dan lepaskan perlahan, mudah-mudahan sesak didada akan sedikit
berkurang. Dan hal penting yang kamu lakukan adalah berceritakan kepada Sang
Maha Kasih, sujudlah dalam tangismu, berdoalah dalam sendumu. Dia lah yang Maha
Mendengar, Maha Pengasih. Perlahan kamu akan membaik, karena kamu sadar dari
semua kesenduan ini hanya akan bermuara kepada-Nya.
#Makin mewek
Dunia ini memang tidak bisa kita tebak, kapan dan dimana
perasaan sedih itu akan datang. Jika memang perasaan itu suatu hari datang
menghampirimu, biarkanlah ia datang. Karena kamu tahu kalau kamu cukup kuat
untuk menghadapinya. Tenang saja, kamu pasti bisa kok.